LIDIK NEWS. COM | KUPANG – Pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) nomor urut satu, Yohanis Fransiskus Lema dan Jane Natalia Suryanto (Ansy-Jane) menyampaikan visi misi pelayanan publik dengan memberikan dasar bahwa mereka hadir untuk menjadi pelayan bagi masyarakat NTT. Komitmen untuk mewujudkan pelayanan publik yang prima dan berkualitas harus bermula dari keteladanan kepemimpinan yang bersih dan berorientasi melayani.
Komitmen tersebut disampaikan langsung oleh Ansy dan Jane dalam debat perdana Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur NTT di MILLENNIUM Ballroom Kupang, Rabu (23/10/24) malam.
Debat resmi yang digelar langsung oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi NTT ini mengusung tema Pelayanan Publik dengan empat sub tema, yaitu (1) Tata Kelola Pemerintahan yang Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN); (2) Reformasi Birokrasi; (3) Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) yang Berkeadilan; (4) Stabillitas Politik Lokal, Regional, dan Stabilitas Keamanan.
“Pemimpin sejatinya adalah pelayan. Pilkada adalah ajang dan mekanisme demokrasi untuk memilih pelayan rakyat. Kami hadir untuk menjadi pelayan publik bagi rakyat NTT,” ujar Ansy Lema.
Mantan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI ini menuturkan bahwa salah satu fungsi utama negara adalah memberikan pelayanan publik yang berkualitas. Karena pentingnya pelayanan publik terhadap keberlangsungan dan kesejahteraan masyarakat, Ansy-Jane menempatkan posisi pertama dalam lima program NTT Manyala adalah program pelayanan publik berjudul NTT Bersih Melayani.
NTT Bersih Melayani adalah program yang berfokus pada penataan reformasi birokrasi dan kemudahan pelayanan terhadap masyarakat. Politisi Alumni Pascasarjana Universitas Indonesia (UI) ini menekankan bahwa untuk mencapai pelayanan publik yang berkualitas, terdapat empat spirit atau dasar yang harus dimiliki.
Pertama, birokrasi yang bersih dari Korupsi, Kolusi, Nepotisme, dan konflik kepentingan. Kedua, birokrasi yang transparan, terbuka, dan mudah diakses publik. Ketiga, birokrasi yang akuntabel. Keempat, birokrasi yang profesional.
“Saya telah menjalankan semua spirit ini ketika menjadi Anggota DPR RI. Saya setiap enam bulan memberikan laporan kinerja sebagai bukti transparansi dan akuntabilitas kepada masyarakat NTT. Saya juga tidak pernah sekalipun menerima uang yang tidak ada potongan pajaknya,” pungkas Ansy Lema.
Hanya dengan kepemimpinan dan birokasi yang bersih, Mantan Juru Bicara Ahok ini mengakui, akan muncul kepercayaan publik dari masyarakat. Melalui kepercayaan publik, investor akan masuk dan menghadirkan lapangan kerja kepada masyarakat.
“Jika pemimpin bersih, maka birokrasi tidak berani tidak bersih. Dan pelayanan yang prima dan berkualitas akan melahirkan sesuatu yang sangat mahal, yaitu trust publik. Trust publik akan mendapatkan dukungan dari masyarakat dan juga dunia usaha,” jelasnya.
Di samping itu, Jane menambahkan bahwa pengelolaan birokrasi harus menggunakan kultur perusahaan. Dalam perusahaan, customer atau pelanggan adalah raja. Kultur ini yang harus diadaptasi dengan menempatkan masyarakat sebagai pelanggan pemerintah.
Dengan begitu, politisi berlatar belakang pengusaha ini mengakui, dalam birokrasi harus ada good government governance. Sama halnya dengan perusahaan yang memiliki good corporate governance.
“Kita harus belajar dari kultur perusahaan di mana customer adalah raja. Tapi itu belum sepenuhnya diadopsi oleh tubuh birokrasi di mana rakyat sebenarnya adalah raja. Pemimpin seharusnya menjadi pelayan bagi masyarakat,” pungkas satu-satunya perempuan dalam kontestasi Pemilihan Gubernur (Pilgub) NTT itu.***