
LIDIK NEWS.COM | LEMBATA – Aliansi Mahasiswa-Pemuda Lembata Jakarta (AMATATA) silahturahmi ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Lembata untuk mendiskusikan terkait persiapan pesta demokrasi di tahun 2024 nanti, Jumad(08/04).

Selain hoax, isu sara, politik uang, dan beberapa hal lain yang di anggap menjadi persoalan penting, AMATATA juga menyoroti terkait golput sebagai persoalan yang perlu diperhatikan menuju perhelatan pesta demokrasi tahun 2024.

Choky Askar Ratulela selaku koordinator umum kepada media menyampaikan bahwa perlu adanya perhatian terhadap masalah golput ini. Golput bukan karena persoalan tidak mau coblos tetapi juga karena alasan beberapa faktor lain.

Lebih jauh, Ia(Askar Ratulela) menerangkan bahwa jumlah masyarakat Lembata yang berdomisili di luar kabupaten Lembata sangat banyak, ada ribuan mahasiswa dan mahasiswi, pemuda dan pemudi.

Mereka juga ingin menggunakan hak pilihnya, tetapi karena keterbatasan fasilitas untuk menunjang hak mereka tersebut, tidak adanya TPS, akhirnya tidak bisa memilih. Secara tidak langsung mereka golput, sedang kita berharap agar semua kalangan masyarakat bisa ikut berpartisipasi dalam setiap pesta demokrasi yang akan berlangsung.

“Walaupun belum adanya undang-undang pemilu yang mengatur terkait hal ini tetapi penting untuk dipikirkan. Kita dorong bersama agar di kemudian hari bisa disiapkan TPS bagi masyarakat yang berada di luar Lembata,” Pungkasnya.

Kornelis Kedaman yang menyempatkan diri hadir bersama AMATATA, menegaskan akan pentingnya memperhatikan hak suara dari mahasiswa dan mahasiswi yang berada di luar Lembata dalam pesta demokrasi yang akan berlangsung nanti. Kaum muda terkhusus kaum intelektual punya peran besar dalam mengontrol demokrasi sehingga perlu diperhatikan.

Menanggapi hal tersebut, Elias Keluli Making selaku ketua KPU Lembata menyampaikan bahwa memang KPU adalah Lembaga yang menyelenggarakan, memfasilitasi pemilu atau pilkada yang akan berlangsung tetapi apa yang diselenggarakan sesuai dengan prosedur, ketetapan serta undang-undang yang berlaku.

Lanjut terangnya, penyediaan TPS untuk masyarakat yang berada di luar Lembata merupakan satu hal yang sangat tidak mudah mengingat tidak ada ketetapan atau prosedur yang mengaturnya. Tetapi hal ini bisa kita dorong bersama agar masyarakat yang berada di luar Lembata terkhususnya para mahasiswa dan mahasiswi bisa menggunakan hak memilih mereka.
Dalam diskusi yang berjalan cukup alot, Petrus Payong Pati, Anggota dan Divisi Perencanaan, Data dan Informasi, mengungkapkan bahwa selain dari kalangan masyarakat yang keterbatasan fasilitas untuk menyalurkan hak pilihnya, golput juga datang dari masyarakat yang cukup mengerti akan pentingnya menggunakan hak pilih.
setelah pemilu dan pilkada 2017 lalu, pengalaman menunjukkan bahwa golput juga terjadi oleh masyarakat di kota, masyarakat yang sebetulnya cukup memahami pentingnya menggunakan hak pilih dalam menentukan para pemimpin, di legislatif maupun eksekutif.
Petrus menjelaskan alasan golput bisa karena faktor figur, juga kejenuhan dari masyarakat terhadap para pemimpin di Lembata yang setelah berkuasa dan tidak becus dalam mengurus persoalan dan menjawab kebutuhan masyarakat Lembata.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak kita inginkan ini, KPU sudah mulai melakukan sosialisasi ke tingkat pemilih pemula dan ke tengah masyarakat yang berada di daerah-daerah terpencil.
Terkait pemilih pemula, Syurahma Putri Ratuloly, mahasiswi Undana Kupang yang akrab dipanggil Oyang, menanggapi dengan berkaca pada pengalaman nya sebagai duta pemilu di tahun 2014 lalu.
Oyang mengungkapkan bahwa di tahun 2014 lalu dirinya dipilih sebagi duta pemilu dalam mengkampanyekan pemilu dengan kegiatan konvoi. Namun di hari pemilihan tiba, dia justru tidak melibatkan diri karena alasan tidak ada surat yang mengundangnya.
Oyang berharap ini bisa jadi bahan evaluasi agar pemilih pemula terkhusus kaum muda dari kalangan SMA yang memenuhi syarat juga ikut diperhatikan haknya, diundang.
“Kaum muda merupakan ujung tombak perubahan, dalam persoal ini KPU perlu memperhatikan partisipasi dari pemilih pemula ini,” tutup Oyang.
Di akhir diskusi AMATATA dan KPU Lembata bersepakat untuk bersama-sama mensosialisasikan, mengawal, seta menyukseskan pemilihan umum serempak di tahun 2024 nantinya.*(Van)