LIDIK NEWS. COM | KUPANG – Di tengah dinamika politik menjelang pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak yang rentan menimbulkan konflik atau perpecahan antar umat beragama, Calon Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) nomor urut satu Yohanis Fransiskus Lema atau Ansy Lema hadir sebagai sosok pemimpin dengan komitmen untuk menjaga dan merawat kerukunan antar umat di Tanah Flobamora.
Komitmen ini terlihat ketika Ansy Lema yang dalam safari politiknya ke Kabupaten Sumba Timur, menyempatkan diri bertemu dan bersilaturahmi bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumba Timur di Kecamatan Kota Waingapu pada pekan lalu.
Dalam pertemuan tersebut, Wakil Ketua MUI Sumba Timur, Haji Iliyas Ismail, S.IP menyebutkan bahwa NTT membutuhkan pemimpin yang mampu menjaga kerukunan antar umat beragama di tengah dinamika politik hari ini dan dalam masa-masa mendatang. Provinsi dengan jumlah penduduk sebesar 5,6 juta ini adalah provinsi yang majemuk dengan spirit toleransi.
“Hari ini kita, masyarakat NTT, membutuhkan calon gubernur yang mampu menjaga kerukunan antar umat beragama dalam dinamika politik saat ini dan ke depannya. Harus bisa merangkul semua kalangan,” ucap Haji Iliyas Ismail di Waingapu.
Menanggapi pesan persatuan tersebut, Ansy Lema menjelaskan bahwa dirinya memang sudah terbiasa bersilaturahmi bersama tokoh-tokoh keagamaan di NTT sebagai bentuk nyata komitmennya untuk menjaga keutuhan dan kerukunan antar umat beragama di Nusa Terindah Toleransi ini. Komitmen ini telah mengakar dalam dirinya yang sejak saat masih kecil telah terbiasa hidup dalam lingkungan keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai perbedaan dan keberagaman. Dirinya tumbuh dan besar dari keluarga Nasrani dan Muslim.
“Saya setiap kali masuk suatu kabupaten atau kota pasti pergi silaturahmi ke tokoh-tokoh Islam, baik itu Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), maupun Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan juga tokoh-tokoh keagamaan lainnya. Ini merupakan komitmen saya yang sudah mengakar sejak dulu,” ujar Politisi Alumni Pascasarjana Universitas Indonesia (UI) tersebut.
Mantan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI itu juga menjelaskan bahwa Kota Waingapu adalah tempat yang terbuka dan multikultural. Selain memiliki adat istiadat yang beragam serta keindahan alamnya, ibukota Sumba Timur itu juga menyimpan prinsip keberagaman dan kerukunan antar umat beragama yang sudah sepatutnya dijaga dan dirawat.
Selain itu, menurut Mantan Juru Bicara Ahok ini, komitmen dan upaya untuk menjaga kerukunan umat beragama di NTT khususnya di Sumba Timur dapat mendorong pengembangan potensi ekonomi yang ada di seluruh Pulau Sumba. Keberagaman identitas masyarakat Sumba adalah aset yang harus dijaga dan dilestarikan.
Pria kelahiran Kota Kupang itu mengakui bahwa Pulau Sumba, khususnya Sumba Timur memiliki potensi pariwisata yang luar biasa, yang dapat dioptimalkan untuk mendukung pembangunan Pulau Sumba secara keseluruhan. Dan, hal tersebut membutuhkan kolaborasi multi sektoral termasuk peran serta seluruh umat beragama dalam payung kerukunan.
“Waingapu ini dalah tempat yang terbuka dan multikultural. Banyak masyarakat dari berbagai suku etnis ada, sehingga kerukunan antar umat beragama harus terus dirawat. Potensi pariwisatanya juga besar sehingga harus ada kolaborasi antar umat beragama agar pengembangan pariwisatanya bisa berjalan lancar,” pungkas pria yang berpasangan dengan Jane Natalia Suryanto ini.***