LIDIK NEWS. COM | SUMBA TIMUR – Calon Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Yohanis Fransiskus Lema atau Ansy Lema bertemu dengan puluhan milenial dari berbagai komunitas di Kabupaten Sumba Timur. Mantan aktivis 98 ini memberikan motivasi kepada anak-anak muda tanah Marapu agar bisa menjadi pemimpin masa depan.
“Anak-anak muda harus memiliki jiwa petarung, jiwa pejuang. Untuk menjadi pemimpin harus mempunyai mental pemberani. Ini yang saya lakukan sewaktu menjadi pejuang 98 dengan memimpin demonstrasi ribuan mahasiswa untuk menumbangkan rezim Orde Baru,” ujar Ansy Lema pekan lalu di Waingapu, Sumba Timur.
Mantan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI ini menuturkan generasi muda harus belajar untuk menjadi pemimpin. Kata kuncinya adalah berproses dari bawah melalui berbagai tantangan dan pengalaman agar bisa memiliki mental dan karakter yang baik ketika memperoleh kekuasaan.
Dirinya menjelaskan bahwa sejak muda ia telah menyiapkan dirinya melalui proses yang panjang. Setelah lulus kuliah pascasarjana dari Universitas Indonesia (UI), pria kelahiran Kota Kupang ini bekerja sebagai dosen selama kurang lebih 14 tahun.
Selanjutnya, pernah bekerja sebagai wartawan dan presenter televisi. Juga, sebelum menjadi Juru Bicara Ahok, Ansy Lema pernah menjadi konsultan politik dan pengamat politik. Baru setelah itu masuk dalam parlemen senayan menjadi wakil rakyat dari Daerah Pemilihan (Dapil) NTT II. Dari aktivis “parlemen jalanan” menjadi Anggota DPR RI.
“Tidak ada jalan pintas untuk menjadi pemimpin. Saya bisa sampai di titik ini, menjadi seorang calon gubernur, bukan sesuatu yang instan. Saya melalui proses yang panjang. Tiga puluh tahun saya berproses, berjuang, jatuh-bangun, saya tidak pernah menyerah. Saya menapaki setiap anak tangga dengan pengorbanan, keringat, perjuangan, dan air mata,” terang Calon Gubernur NTT nomor urut satu tersebut.
Politisi PDI Perjuangan itu juga secara tegas mengakui bahwa menjadi seorang pemimpin berarti siap untuk melayani rakyat. Dalam konteks ini, Ansy Lema memberikan perhatian serius bagi nelayan, petani dan peternak yang secara khusus ada di pedesaan. Baginya, membangun NTT berarti membangun desa karena mayoritas masalah ada di desa.
Fokus tersebut diberikan karena mereka adalah profesi mayoritas masyarakat NTT yang hidup dalam kemiskinan. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) provinsi dengan 5,6 juta orang ini tahun 2023 dari sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebanyak 28,10%. Sektor ini adalah penyumbang terbesar ekonomi NTT.
“Rekam jejak politik saya sewaktu berada di kursi legislatif selalu berpihak pada masyarakat kecil, yaitu petani, peternak, dan nelayan. Ini akan terus saya lanjutkan ketika menjadi Gubernur NTT. Karena bagi saya, mereka adalah para pejuang kehidupan NTT yang harus mendapatkan keberpihakan,” pungkas satu-satunya Calon Gubernur NTT yang berpasangan dengan perempuan ini.
Motivasi bagi anak-anak muda ini, Ansy Lema sampaikan di hadapan berbagai komunitas pemuda-pemudi Sumba Timur. Di antaranya adalah Komunitas Musisi Hiphop Kultur Sumba Timur (Wunang Blood), Komunitas Nelayan Milenial Kalu, Komunitas Penenun Milenial Mauliru, Komunitas Akar Rumput, Milenial Ngadu Ngala, Keluarga Silat (IKS), dan Komunitas Kawan Ansy.
Salah satu perwakilan dari Milenial Ngadu Ngala, Simson Tunggu Mbili, menyampaikan terima kasih kepada Ansy Lema atas perjuangannya saat masih duduk di Komisi IV DPR RI. Kecamatan paling selatan di Sumba Timur itu bisa mendapatkan program bantuan dari pemerintah pusat berkat perjuangan Ansy Lema.
Simson berharap jika nanti Tuhan menghendaki Kaka Ansy menduduki kursi NTT satu, maka idealisme, integritas dan segala hal baik yang telah dilakukan selama ini untuk Tanah Flobamora harus terus dilanjutkan untuk membawa NTT menjadi lebih maju.
“Kami perwakilan dari Milenial Ngadu Ngala, mengucapkan terima kasih kepada Kaka Ansy. Atas perjuangannya kemarin, kami dapat bantuan berupa pembibitan melalui program Kebun Bibit Rakyat. Meskipun kami di pelosok, tapi kami tak dilupakan oleh Kaka Ansy,” tutup Simson.***