LIDIK NEWS.COM | LEMBATA – SELASA, 29 Maret 2022, Generasi Utusan Tubukrajan (Guntur), Desa Tubukrajan, Kecamatan Atadei, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, mulai menjual es buah.
Pada hari pertama penjualan es buah dan kolang Kaling enau itu, mampu menghasilkan 1 juta rupiah.
Mereka mulai memproduksi es buah dengan memanfaatkan buah enau yang melimpah di desa itu.
Kolang Kaling dari buah Enau, menjadi keunikan es buah yang diproduksi pemuda Desa Tubukrajan ini.
Usaha berjualan es buah oleh 20 pemuda desa setempat mulai dijalani setelah para pemuda ini dilatih oleh Ronal Lajar, penyuluh pertanian yang bertugas di wilayah tersebut selama sehari.
“Ide ini muncul karena potensi. Potensi buah enau di desa ini melimpah dan belum pernah dimanfaatkan. Kedua, anak muda yang ada lebih banyak nganggur, sehingga Kita berdayakan dengan memanfaatkan potensi alam,” ungkap Ronald Lajar.
Selain memenuhi permintaan pembeli dalam desa, pasar es buah dan kolang Kaling enau sangat potensial di kota Lewoleba, Kupang dan Makasar.
“Hampir setiap tahun permintaan kolang Kaling dari buah enau sangat tinggi. Apalagi menjelang pembukaan bulan puasa bagi umat Muslim, kebutuhan kolang Kaling sangat tinggi. Kali lalu pasar kolang Kaling enau juga sampai di Kupang Dan Makasar,” ungkap Ronal Lajar.
Satu tandan buah enau beratnya 25 kg. 1 kg kolang Kaling enau ini saja dapat menghasilkan 60 an gelas es buah, dengan harga per gelas 5000 rupiah.
Seperti es buah lainnya, pemuda Guntur mulai mengumpulkan buah buahan dari bahan lokal seperti advokad, buah naga, pisang, serta kolang Kaling dari buah enau.
Hanya susu dalam kemasan kaleng dan botol syrup menjadi bahan non lokal yang dipergunakan untuk produksi es buah.
Biasanya, untuk kebutuhan kolang Kaling, warga setempat harus membeli dari toko, kini kolang Kaling dapat dihasilkan sendiri dari potensi enau yang melimpah ruah di Desa Tubukrajan.
Ditargetkan, pada setiap musim panas, produksi kolang Kaling enau dan es buah ini terus dilakukan bersama para pemuda, selain memasok kebutuhan es buah sehari-hari di Desa dan desa desa tetangga.
Penyediaan kolang-kaling bukan tanpa tantangan. Omi Wuwur, ketua Karang Taruna Desa setempat menjelaskan, pihaknya butuh suport modal dari pemerintah desa untuk pengembangan usaha yang baru dirintis ini.
Ia menjelaskan, proses pengambilan buah enau lumayan berat, karena pohonya berduri, buahnya pun gatal dan berat.
“Untuk ambil buah enau dari pohonnya, kita butuh tangga dan tali agar buahnya tidak lekas rusak. Setiap kali pengambilan buah, setelah itu buah enau direbus terlebih dahulu, dikupas kemudian direndam selama 3 hari dengan air jeruk untuk mengeluarkan getah dan gatal,” ungkap Omi Wuwur, ketua Karang Taruna Desa setempat.
Prosesnya higienis, baik saat menghasilkan kolang kaling, maupun menjadi es buah.
Omi Wuwur berharap, usaha ekonomi bersama pemuda yang baru dirintis itu terus berjalan hingga menjadi salah satu sumber penghasilan bagi pemuda setempat.
Martin Lamak, pendamping pemuda Desa setempat menyatakan, Gereja Katholik pada tahun ini menaruh perhatian pada perkembangan generasi Muda.
Karena itu, sebagai Ketua Pendamping Generasi Muda (PGM) Paroki, dirinya tergerak untuk memberdayakan pemuda Desa setempat dengan menggandeng penyuluh pertanian yang memiliki keahlian mengolah buah Enau menjadi kolang Kaling kemudian menjadi es buah yang segar. Ia menaruh harapan agar para pemuda ini mampu memiliki kemandirian secara ekonomi.
“Para pemuda ini akan memiliki buku rekening masing-masing pada koperasi untuk membagi hasil usaha bersama itu. Rata-rata pemuda ini belum menikah, namun juga belum memiliki pekerjaan tetap, sehingga ketika akan melepas masa lajangnya nanti, pemuda setempat sudah mempunyai bekal tabungan,” ungkap Martin Lamak.
Ketua PGM Paroki Kalikasa dan Ketua BPD Desa Tubukrajan ini berharap Pemerintah Desa setempat dapat memberi perhatian kepada usaha ekonomi pemuda.
Sementara itu, Kepala Desa Tubukrajan, Gabriel Weka Ujan mengatakan, pihaknya dapat mengintervensi pengembangan ekonomi kreatif pemuda, namun yang penting para pemuda konsisten dalam usaha kreatif serta tergabung dalam sebuah organisasi, baik organisasi gereja maupun pemerintahan.
“Potensi buah enau di desa ini sangat banyak, tetapi kalau sudah bernilai ekonomis akan muncul klaim kepemilikan yang dapat mengancam usaha pemuda desa. Namun saat ini kami akan berharap, para pemuda ini menunjukan konsistensi usaha. Kedepan, jika berjalan baik, pemerintah Desa tidak akan ragu ragu lagi untuk mengintervensi anggaran,” ungkap Kades Tubukrajan, Gabriel Weka Ujan. (*S/Hj).
Beritanya bagus dan baik untuk dibaca sebagai sumber ilmu,sukses selalu