LIDIK NEWS. COM | LEMBATA – Kisruh dan bentrok dua desa tetangga menyedot perhatian publik hingga ditangani pihak keamanan, dalam bentrok itu, empat warga desa Walangsawa jadi korban, beruntungnya dalam peristiwa itu tidak ada korban jiwa namun para korban mengalami luka serius hingga dilarikan ke pusat kesehatan di desa Walangsawa pada Senin 13 Januari 2025, Kecamatan Omesuri Kabupaten Lembata Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Disampaikan di media ini, Keempat warga desa Walangsawa yang menjadi korban kekerasan itu akhirnya melaporkan kejadian ini di Mapolres Lembata untuk selanjutnya dimintai keterangan.
SL saat ditemui Selasa (14/12025) menerangkan, ada empat warga desa Walangsawa jadi korban akibat bentrok antara kedua desa tetangga yang masih memiliki hubungan keluarga itu.
Menurut SL dalam kronolog itu bahwa kejadian awal,bermula dari beberapa pemuda asal desa Leubatang masuk ke kampung Walangsawa dan berteriak,”kamu Walangsawa jago keluar jangan sembunyi”.
“Waktu itu saya baru pulang kebun dan saya dengar ada ribut sambil teriak teriak tapi saya tidak tau persoalannya apa, “ ujar SL.
Lanjut SL, saya datang untuk memastikan ada masalah apa, ternyata saya ke jalan dan bertanya ada apa? pemuda dari Leubatang berteriak kalau jago keluar, mereka sekitar 10 orang, saat berada di sana, saya ketemu Fakril alias Peto dan samperin dan menyampaikan di Peto, tolong atur dulu, sebenarnya ada masalah apa?
Lantas seketika, Iwan datang dengan sikap kasar dan ajak saya sportif untuk berkelahi, sementara saya tetap tenang dan bertanya persoalan apa, karena ada hubungan keluarga saya masih bertanya di Fakril dan terlihat dari belakang orang makin banyak.
“Saya mundur dan melihat IH datang dan memukul saya pake batang Gamal di lengan kiri hingga memar dan saya tidak meresponnya, akan tetapi saya lebih bersikap untuk melerai, mereka makin cepat datang dan saya lari ketemu Kamal yang sedang jatuh dan ada lemparan baru bertubi tubi lemparan batu ke arah wajah saya dan saya lari dalam keadaan darah dan pelipis mata saya di sebelah kanan pecah, “terang SL.
Ia (SL) melanjutkan, Kamal terjatuh dan saat itu saya lari karena ketakutan dan makin banyak orang, kata Kamal, saya dikeroyok sampai dahi kanan saya dipukul menggunakan batu, tak hanya itu saya juga berusaha merangkak menyelamatkan diri dan saya pingsan.
SL mengatakan, ketika itu dirinya melihat semakin banyak orang sehingga dirinya meminta Fakri untuk tenang dan mengurus orangnya dan dirinya sendiri akan mengurus orangnya. tapi kala itu Iwan salah satu warga Leubatang yang ikut dalam gerombolan menuju ke saya lalu pegang dua tangan saya dan banting tangan saya lalu teriak, kamu walangsawa bilang jago ayo kita duel.
Saat dipukul dengan batang Gamal itu pun saya tidak gubris karena saya tetap bertanya pada Fakri alias Veto tentang masalah apa yang membuat mereka datang dan membuat kekacauan di desa Walangsawa? Mereka gunakan senter besar jadi saya melihat jelas mereka, dan iwan terlihat mengambil batu lalu memukul ke wajah Kamal yang sedang terjatuh.
Tanpa sepengetahuan kami, adik AT keatas untuk melihat situasi ternyata dia ditangkap oleh orang Leubatang dan kejam mereka ikat dia di pohon depan kantor desa lalu menganiaya dia. sampai polisi dari Polsek Omesuri tiba dan membawa ke Polsek tangan yang diikat itu baru di buka oleh salah satu orang tua dari desa Leubatang yang menurut pengakuan AT, dia itulah yang mengikat tangannya.
Mirisnya saat saya berbicara dengan Fakri, adik kami atas nama VB sudah kena tikam oleh orang tak dikenal karena situasi saat itu gelap gulita. VB sendiri tidak tau itu siapa karena menggunakan mereka menggunakan topeng alias seperti ninja. Akibat tusukan itu VB juga dilarikan ke pustu Walangsawa.
“Beruntungnya kami semua selamat dan tidak ada korban jiwa, tuhan masih melindungi kami, “imbuhnya.
Menurut SL dan tiga korban lainya mereka merasa miris karena ada warga walangsawa diikat dan dianiaya di depan kantor desa tapi kepala desa dan aparat tidak mengambil langkah pencegahan.
SL yang juga sebagai korban, saat itu dengan tegas membantah bahwa dirinya adalah pelaku penikaman terhadap Iwan.
“saya sendiri yang sudah berusaha selamatkan diri saja, tetap jadi korban bagaimana saya tikam orang? pernyataan Maulana Noreng kades Leubatang di media itu menyesatkan dan tanpa bukti” tegas SL.***