LIDIK NEWS.COM | LEMBATA – Kisah tragis kembali dialami oleh para siswa dan siswi SDK 1 Lewotolok selama 3 bulan berjalan melakukan aktifitas belajar dibawah atap tenda darurat kebencanaan dan dibawah pohon asam.Hal ini terjadi berakibat bencana banjir bandang serta Seroja pada 4 April lalu yang telah menghancurkan sekolah SDK 1 Lewotolok Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata Provinsi Nusa Tenggara Timur ( NTT ).
Tak hanya bangunan sekolah raib dibawah oleh banjir bandang dan Seroja namun kondisi memprihatinkan kembali dialami oleh anak didik dan para guru yang ada di permukiman Kalabahi Kabupaten Lembata.
Pantauan media ini seluruh siswa dari kelas satu hingga kelas enam melakukan aktifitas belajar yang hanya beralaskan terpal dan tidak memiliki fasilitas lengkap seperti pada sekolah lainnya.
Tak memiliki meja dan kursi para siswa dan siswi kelas satu hingga enam rela duduk beralaskan terpal dan tak memudarkan semangat mereka dalam giat belajar untuk menuntun asa dan harapan.
SDK 1 Lewotolok merupakan salah satu sekolah swasta yang ada di wilayah Ile Ape tepatnya di desa Lewotolok kabupaten Lembata Provinsi NTT.
Atas kondisi para siswa dan siswi SDK 1 Lewotolok merasa tidak nyaman karena kurangnya fasilitas lengkap yang dirasakan oleh anak didik dan para guru.
Ditemui media,salah satu guru mengatakan ” Sudah 3 bulan kami belajar dengan kondisi seperti ini oleh karena banjir bandang dan Seroja yang sudah merobohkan bangunan sekolah SDK 1 Lewotolok Kecamatan Ile Ape Kabupaten Lembata,”ungkap Ludvina.
” Kami juga berharap agar pemerintah bisa melihat kondisi ini dan bisa mengulurkan tangannya untuk membantu dalam membangun bangunan sekolah darurat agar anak-anak bisa belajar dengan baik dan nyaman “, Pintahnya.
Dari data yang dihimpun sebanyak 112 anak-anak SDK 1 Lewotolok belajar di tenda darurat serta dibawah pohon,ini merupakan jumlah akumulatif.
Untuk hari Senin ,Rabu dan Jumat kami melakukan aktivitas belajar bersama anak-anak dengan kondisi seperti ini, sementara sisa hari lainnya kami berada di kampung desa Lewotolok untuk kembali melakukan rutinitas sebagaimana biasanya pada gedung yang sudah disiapkan sementara oleh pemerintah desa setempat.
” Sementara di permukiman Kalabahi ini kami menjangkau anak-anak yang ada disekitar permukiman agar pelayanan pendidikan tidak akan putus namun terus berjalan meski dengan menggunakan tenda darurat serta dibawah pohon dan tak memiliki meja dan kursi serta fasilitas pendukung lainnya “, Pungkasnya.(*oi)